BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Secara
umum disiplin kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melatih diri
dalam melaksanakan kegiatan dengan baik dan
benar. Untuk memperkuat tentang pengertian disiplin kerja, maka ada
beberpa pengertian disiplin kerja menurut para ahli. Menurut Tohardi (2002:393)
“Disiplin kerja adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan prosedur
kerja yang ada ”
Menurut
Sondang (2002:284) “Disiplin adalah suatu bentuk peraturan pelatihan yang berusaha
memperbaiki dan membentuk pengatahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga
para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara teratur dengan
para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya’’
Instansi pemerintah pada umumnya menginginkan agar para
pegawai yang bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturanyang telah
ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis,
diharapkan agar para keryawan dapat melaksnakan sikap desiplin dalam bekerja
sehingga produktifitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu sikap menghoramati, menghargai, patuh dan taat terhadap
perturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk meneria sanksi-saksinya apabila
ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo,
2001:291)
Pendapat lain merumuskan bahwa disiplin kerja adalah
kesadaran dan sesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma
sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela
menaati semua peraturan dan sada akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan
adalah sikap, tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun
tidak. (Hasibuan,2002 : 193)
Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja serta suatu
usaha dari manajemen organisasi untuk menerapkan atau menjalankan peraturan
ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.
Sedangkan
tindakan disiplin itu sendiri adalah pengurangan yang dipaksakan oleh pimpinan
terhadap imbalan yang deberikan oleh organisasi karena adanya suatu kasus
tertentu. Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian ssementara atau
penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh kejadian-keadian perilaku
khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau
pelanggaran-pelanggaran aturan instansi.
Disiplin
yang mentap pada hakekatnya akan tumbuh da terpenar dari hasil kesadaran
manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan
menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak tahan lama. Disiplin akan tumbuh dan
dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan
keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan
keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin
kuat (Prijodarminto, 1994 : 25)
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengcu pada pola tingkah
laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya
hasrat yang kuat untuk untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah menjadi
norma, etika dan kaidah yang berlaku.
2. Adanya
perilaku yang terkendali.
3. Adanya
ketaatan.
Dengan
demimikian disiplin kerja dapat dilihat dari:
1. Kepatuhan
karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung
jawabnya pada pekerjaan.
2. Bekerja
sesuai dengan prosedur yang ada.
3. Memelihara
perlengkapan kerja dengan baik.
Disiplin dalam bekerja sangatlah penting
sebab denga kedisiplinan tersebut deharapkan sebagian besar peraturan detaaati
oleh para pegawai, bekerja sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga
pekerjaan terselesaikan secara efektif dan efisien serta dapat meiningkatkan
produktivitasnya. Oleh karena itu bila pegawai tidak menggunakan aturan-aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah, maka tindaka disiplin merupakan langkah
terakhir yang bisa diambil terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya
dibawah standar.
Tindakan disiplin ini dapat berupa
teguran-teguran (reprimands),
skorsing (suspension), penurunan
pangkat (reduction in rank) dan
pemecatan (firing). Tindakan disiplin
ini tidak termasuk pemberentian sementara atau penurunan jjumlah tenaga kerja
yang desebabkan oleh pengurangan anggaran atau kurangnya kerja.
Tindakan-tindakan disipliner ini deebabkan oleh kedadian-kejadian perilaku
khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau
pelanggaran-pelangggarann aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 : 232).
Pelaksanaan disiplin berangkat dari asumsi
bahwa sejumlah permasalahan lainnya sudah diatasi, seperti mengenai rancangan
pekerjaan (job design), seleksi,
orientasi, penilaian performa, pelihan, dan konpensasi.
2.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut
Handoko (1998 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Disiplin
Preventif
Merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secara
sadar mentaati berbagai standard an aturan, sehingga dapat dicegah berbagai
penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat
menumbuhkan “Self Dicipline” pada
setiap karyawan tanpa kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
menciptakan suatu iklim disiplin previntif dimana berbagai standar diketaui dan
dipahami.
Untuk
memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu
kiranya standar itu sendiri bagi setiap pegawai, dengan demikian ddicegah kemungkinan-kemungkinan
timbulnya pelanggraran-pelanggaran atau penyimpagan dari standar yang ditentukan.
2. Disiplin
Korektif
Disiplin
ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah
terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih
lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu betuk hukuman dan desebut
tindakan pendisiplinan (disciplinary
action)
3. Disiplin
Progresif
Disiplin
ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran
yang berulang. Tujuannya adalah membriakan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius
dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membanntu
karyawan memperbaiki kesalahan.
Disiplin dapat dibedakan berdasarkan
tingkatnya yaitu (Prijodarminto, 1994 : 25) :
1. Disiplin
Pribadi
Disiplin pribadi sebagai
perwujudan yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku
individu.
2. Disiplin
Kelompok
Disiplin kelompok sebagai
perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hokum) dan
norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.
3. Disiplin
Nasional
Disiplin nasional yakni
wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh seluruh
lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan nilai yang belaku secara nasional.
Selanjutnya Moenir
(2006:96) mengatakan bahwa “Disiplin kerja dapat dilihat dari dua yaitu :
1. Disiplin
Waktu adalah Jenis disiplin yang sangat mudah dilihat dan dikontrol baik oleh
manajemen yang bersangkutan dengan masyarakat, contohnya melalui sistem daftar
absensi atau sistem apel.pendisiplinan pegawai atau pekerja yang dapat
ditempuh,misalnya mengadakan absensi 2-3 kali sehari, dan apel pagi dan apel
waktu terkhir jam kerja atau lain-lain.
2. Disiplin
Kerja Isi pekerja pada dasarnya terdari dari metode pengerjaan,prosedur kerja,
waktu dan junlah unit yang diterapkan dengan mutu yang telah dibakukan.
Dalam
setiap organisasi atau perusahaan yang diinginkan adalah jenis disiplin
preventif yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Aka
tetapi dalam kenyataan selalu mengatakn bahwa disiplin itu lebuh banyak
desebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak pegawai sudah menjadi alat pengenlan
yang tepat kepada disiplin pegawai, karena hak-hak pegawai sering kali
merupakan masalah dalam kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian juga dalam
penelitian ini jenis-jenis displin kerja yang dikaji adalah disiplin preventif
yang dilaksanakan untuk mendorong pegawai agar mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.
2.3
Pendekatan Dalam Disiplin
Sistem
disiplin pegawai dapat dipadang suatu penerapan modifikasi perilaku untuk
pegawai bermasalah atau pegawai yang tidak produktif. Disiplin yang terbaik
adalah jelas displin diri, karena sebagain besar orang memahami apa yang
diharapkan dari dirinya diperkerjaan dan biasanya karyawan diberi kepercayaan
untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Adapun pendekatan-pendekatan
dalam disiplin kerja karyawan (Mathis dkk, 2002 : 314) adalah :
1. Pendekatan
Disiplin Positif
Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan folosofi
bahwa pelanggaran merupakan tidakan yang biasanya dapat dikoreksi secara
konstruktif tanpa prlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada
penemuan fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan
bukannya menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku ang tidak
diharapkan.
Kekuatan pendekatan positif ini dalam desiplin adalah
fokunya pada pemecahan masalah. Juga, karena karyawan merupakan partisipan
aktiv sela proses tersebut, maka instansi yang menggunakan pendekatan ini
cenderung memenangkan tuntutan hokum jika karyawan mengajukan tuntutan.
Kesulitan utama dengan pendekatan positif terhadap disiplin adalah jumla waktu
yang sangat lama untuk melatih para supervisor dan manajer yang diperlukan.
2. Pedekatan
Disilin Progresif
Disiplin progresif melambangkan sejumlah langkah dalam
membentuk erilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan
peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian,
disiplin progresif menekankan bahwa tindakan-tindakan dalam memodifikasi
perilaku akan bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap
menunjukkan perilaku yang tidak layak.
2.4 Indikator-indikator Kedisiplinan
Ada beberapa indikator
yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi
diantaranya (Hasibuan, 2002 : 195) :
1. Tujuan
dan Kemampuan
Tujuan
dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapka secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan
pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada
karyawan harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar dia bekerja
sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan
sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan
dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan jangan
mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin.
3. Balas
Jasa
Balas
jasa ( gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhdap
pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan,
kedisiplinan mereka aka semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan
ikut mendorong terwudnya kedisiplinan karyawan karena ego dan sifaat manusia
yang selalu merassa dirinya penting dan meminta diperlakukan sama dengan
manusia lainya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang
baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap instansi
supaya kedisiplinan pegawai baik pula.
5. Waskat
Waskat
( pengawasan melekat) adalah tidakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan pegawai instansi. Waskat efektif dalam merangsang kedisiplina dan
moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk,
pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
6. Ketegasan
Ketegasan
pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai.
Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yag
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap
karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisplinan yang baik pada instansi pemerintah
yang ditempati.
7. Sanksi
Sanksi
berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman
yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan,
sikap, perilaku insipliner akan berkuarang.
Sedangkan menurut Prijodarminto (
1994 : 89 ) factor yang dapat mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
Kerja
Pentingnya
kerja karena motivasi kerja adalah hal yang menyebakan menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal.
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan
sangatlah berperan menentukan kedisiplinan karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh para bawahannya.
3. Komunikasi
Komunikasi
merupakan kegiatan untuk saling member keterangan dan ide secara timbale balik,
yang diperlukan dalam setiap usaha kerjasama manusia untuk menapai tujuan
tertentu.
4. Lingkungan
Kerja
Dengan
lingkungan kerja yang baik dan aman maka dapat meningkatkan produktifitas kerja
para pegawai.
Berdasarkan dua pendapat diatas faktor-faktor
yang paling berpengaruh pada Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Makassar adalah kepemimpinan, motivasi kerja,
komunikasi, lingkunga kerja, balas jasa dan sanksi.
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan sangt
berpengaru pada tingkat kedisiplinan. Pemimpin harus bisa memberikan contoh
sikap disiplin yang baik, sehingga para bawahannya pun bersikap demikian.
2. Motivasi
Kerja
Sikap mental manusia yan
mendorong manusia untuk menapai suatu tujuan tertentu.
3. Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan
timbale balik antar manusia. Komunikasi antar awahan dengan piminan akan
semakin baik apabila tindakan disiplin pegawai semakin ditingkatkan.
4. Lingkungan
Kerja
Disiplin kerja akan terwujud
apabila keadaan lingkungan kerja yan memungkinkan. Lingkungan kerja yang baik
akan menciptakan sikap disiplin yang baik pula dan produktivitas kerja pun akan
tercapai.
5. Balas
jasa
Balas jasa ( gaji dan
kesejahteraan) akan menjadikan ksecintaan karyawan terhadap pekerjaannya dan
sikap disiplin tentu berjalan.
6. Sanksi
Sanksi akan membuat para
pegawai bersikap disiplin karena dengan adanya sanksi para pegawai akan merasa
takut.
2.5
Pelaksanaan dan Penetapan Disiplin Kerja
Pembinaan
meninjukkan adanya kemajuan, peningkatan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Menurut Sastrodiwiryo (2004;14)
“Pembinaan adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif perusahaan,
baik hari ini maupun hari esok”. Menurut Raharjo (2000:44), bahwa pembinaan
disiplin kerja adalah upaya untuk menggali potensi dan kompotensi kualitas
kerja
Kecenderungan
manusia kearah tidak disiplin daripada kearah disiplin, untuk itulah agar manusia ini menjadi disiplin yang harus
diusahkan. Merancang karakter seseorang agar menjadi disiplin dapat dimulai
sejak kecil, remaja dan dapat juga dilakukan pada orang dewasa, yaitu mereka
yang bekerja di berbagai organisasi atau perusahaan.
Menurut
Tohardi (2002:397) ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam metode
pembinaan disiplin tersebut, diantara lain adalah :
1. Funishment
and Reward ialah Funishment (hukuman)
dan Reward (Hadiah) dapat digunakan
sebagai upaya penerapan disiplin seorang pekerja, pegawai maupun buruh
organisasi dalam perusahaan.
2. Adil
dan tegas ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus Adil dan tegas
ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus untuk semua orang yang
ada di organisasi atau perusahaan.
3. Motivasi
ialah Pihak-pihak yang berkopotensi diorganisasi atau perusahaan harus
memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh organisasi oleh karyawan
yang bersangkutan apa yang akan diperoleh organisasi atau perusahaan bila
seseorang disiplin dalam bekerja.
4. Keteladanan
ialah bimbingan-bembingan yang dapat memberikan keteladanan yang baik, akan
menambah bahwa sehingga segala sikap dan perilaku pimpinan selalu menjadi
rujukan atau panutan bawahan.
5. Lingkungan
yang kondusif ialah lingkungan sosial
yang tepat kerja yang kondusif, bila mengharapkan orang-orang yang bekerja di
sana berdisiplin tinggi.
Untuk
mengkondisikan pegawai instansi pemerintah agar bisa melaksanakan tindakan
disiplin maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan (Heidjrachman, dkk, 1990
: 239 ) :
1. Pendisiplinan
dilakukan secara pribadi
Pendisiplinan
ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan didepan orang banyak agar karyawan
yang bersangkutan tidak meraa malu dan sakit hati. Hal ini akan memalukan
bawahan yang ditegur (meskipun mungkin memang benar bersalah) sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.
2. Pendisiplinan
harus bersifat membangun
Dalam
pendisiplinan ini selain menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan oleh
karyawan haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemeahannya yang bersifat
membangun sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan
yang telah dilakukan dan dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
3. Pendisiplinan
dilakukan secara langsung dengan segera
Suatu
tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah
melakukan kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah sikapnya secepat mungkin.
4. Keadilan
dalam pendisiplinan sangat diperlukan
Dalam
tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapa pun yag
telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan disipli seara adil tanpa
membeda-bedakan.
5. Pemimpin
hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen
Pendisiplinan
hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan eara pribadi agar dia
tahu telah melakukan kesalahan.
6. Setelah
pendisiplinan hendaknya wajar kembali
Sikap
wajar hendaknya dilakukan pemimpin terhadap karyawan yan telah melakukan
kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjalan lancer kembali dan
tidak kaku dalam bersikap.
Salah satu syarat agar ditumbuhkan
disiplin dalam lingkungan kerja adalah adanya pembagian pekerjaan yang tuntas
sampai kepada pegawai atau pekerjaan yang paling bawah, sehingga setiap orang
tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan
dimualai dan kapan deselesaikan, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan dan
kepada siapa ia mempertaggung jawabkan hasil pekerjaan itu.
Disiplin harus dipelihara dalam
lingkungan kerja. Sala satu bentuk pemeliharaan aturan adalah kedisiplinan
dalam elaksanaan secara tertib dan konsisten. Melalui disipli yang tinggi
pelaksanaan suatu aturan dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya
oleh semua pihak, dengan ketentuan bahwa aturan itu dibuat setelah
mempertimbangkan asas keadialan dan mamfaatnya bagi kepentingan umum.
Disiplin kerja dalam pelaksanaannya
harus senantiasa dipantau dan diawasi, disamping itu harusnya sudah menjadi
perilaku yang baku bagi setiap pekrja dalam suatu organisasi.
Dalam pendisiplinan kerja
ada bebrapa factor yang perlu diperhatikan :
a) Pembagian
tugas dan pekrjaan telah dibuat lengkap dan dapta diketahui dengan sadar oleh
para pekerja.
b) Adanya
petunjuk kerja yang singkat, sederhana dan lengkap.
c) Kesadaran
setiap pekerja terhadap suatu tugas atau pekrjaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
d) Perlakuan
adil terhadap setiap penyimpangan oleh manajer.
e) Adanya
keinsyafan para pekerja bahwaakibat dari kecerobohan atau kelalaian dapta merugikan
organisasi dan dirinya serta ada kemungkinan membahayakan orang lain.
Penetapan
tindakan disiplin dalam instasi sangatlah penting, karena sestem tindakan
disiplin dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk proteksi terhadap hak-hak
procedural dari pegawai. Tindakan disiplin adalah langkah terakhir dalam
mengawasi pegawai karena tindakan disiplin itu menandakan adanaya kegagalan
untuk saling menyesuaikan dengan kontrak (Gomes, 2000 : 233)
Banyak
pegawai yang mungkin tidak melaksanakan aturan-aturan kepegawaian, karena para
pegawai mungkin merasa bahwa mereka sedang tidak diperlakukan secara adil
sesuai dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi, atau
diperlakukan secara tidak adil atau tidak sama dengan pegawai-pegawai yang
lain. Mereka bisa juga menggunakan sestem pengaduan yang ada untuk menggugat
apa yang mereka anggap tidakan disiplin yang tidak adil yang dibuat oleh
organisasi.
Menurut
Gomes (2000 : 242 ) tujuan tindakan disiplin adalah untuk melinungi organisasi
dari para pegawai yang tidak produktif. Prosedur-prosedur pengaduan disatu
pihak deekembangkan untuk melindungi para pegawai terhadap alokasi yang tidak
adil dari sanksi-sanksi dan imbalan-imbalan dari organisasi.
Banyak
pegawai mungkin tidak melaksanakan aturan-aturan kepegawaian, karena para
karyawan mungkin merasa bahwa mereka sedang tidak deperlakukan secara adil
sesuai dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi, atau
diperlukan secara tidak adil atau tidak sama dengan pegawai-pegawai yang lai.
Mereka bisa juga menggunakan system pengaduan yang ada untuk menggugat apa yang
mereka anggap tindakan disiplin yang tidak adil yang dibuat oleh organisasi.
2.6
Mamfaat Disiplin kerja
Rasa kepedulian pegawai yang
tinggi sangat mempengaruhui pencapaian tujuan yang akan meningkatkan kemajuan
kedisiplinan bagi pegawai, serta dengan semangat yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan dapat membangkitkan gairah kerja yang tinggi dan untuk meningkatkan
inisiatif dalam pencapaian tujuan.Manfaat penerapan disiplin kerja yang baik
pada pegawai dalam upaya mencapai disiplin kerja dikemukakan oleh Tohardi
(2002:395), sebagai berikut :
2. Produktivitas
organisasi akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan perencanaan.
3. Dengan
adanya disiplin yang baik seorang pegawai dapat menghindari dari kecelakaan
ditempat dia bekerja.
4. Sebagai
panutan bagi pegawai yang bekerja.
5. Tercapainya
tujuan dalam organisasi atau perusahaan.
6. Terpelihara
citra bagi sebuah organisasi atau perusahaan.
Menurut Saydam (2006:54)
“Manfaat dari penerapan disiplin kerja yang akan terlihat pada :
1.
Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap
pencapaian tujuan perusahaan.
2.
Tingginya semangat dan gairah kerja para
karyawan melakukan pekerjaanya.
3.
Berkembangnya rasa memliki dan kesetiakawanan
yang tinggi di kalangan karyawan.
4.
Besarnya tanggung jawab para karyawan
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.
Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para
karyawan”.
Dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa melemahnya disiplin kerja
sangat mempengaruhui semangatan dan gairah kerja. Dengan demikian akan
menurunkan kegiatan dalam setiap pekerjaan yang ditangani dan menurunnya
tingkat produkvitas pula, maka dengan demikian harus dihindari melemahnya
disiplin kerja pegawai dengan memberikan tugas dan pekerjaan yang tidak terlalu
banyak serta memberikan bonus terhadap pegawai yang aktif dan rajin.