Kamis, 20 Desember 2012

Landasan Teori



BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori

Secara umum disiplin kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melatih diri dalam melaksanakan kegiatan dengan baik dan  benar. Untuk memperkuat tentang pengertian disiplin kerja, maka ada beberpa pengertian disiplin kerja menurut para ahli. Menurut Tohardi (2002:393) “Disiplin kerja adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan prosedur kerja yang ada ”
Menurut Sondang (2002:284) “Disiplin adalah suatu bentuk peraturan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengatahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara teratur dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya’’
Instansi pemerintah pada umumnya menginginkan agar para pegawai yang bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturanyang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para keryawan dapat melaksnakan sikap desiplin dalam bekerja sehingga produktifitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghoramati, menghargai, patuh dan taat terhadap perturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk meneria sanksi-saksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001:291)
Pendapat lain merumuskan bahwa disiplin kerja adalah kesadaran dan sesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sada akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan adalah sikap, tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. (Hasibuan,2002 : 193)
Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja serta suatu usaha dari manajemen organisasi untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.
Sedangkan tindakan disiplin itu sendiri adalah pengurangan yang dipaksakan oleh pimpinan terhadap imbalan yang deberikan oleh organisasi karena adanya suatu kasus tertentu. Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian ssementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh kejadian-keadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan instansi.
Disiplin yang mentap pada hakekatnya akan tumbuh da terpenar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak tahan lama. Disiplin akan tumbuh dan dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang  dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat (Prijodarminto, 1994 : 25)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengcu pada pola tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Adanya hasrat yang kuat untuk untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.
2.    Adanya perilaku yang terkendali.
3.    Adanya ketaatan.


Dengan demimikian disiplin kerja dapat dilihat dari:
1.    Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung jawabnya  pada pekerjaan.
2.    Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.
3.    Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.
Disiplin dalam bekerja sangatlah penting sebab denga kedisiplinan tersebut deharapkan sebagian besar peraturan detaaati oleh para pegawai, bekerja sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan secara efektif dan efisien serta dapat meiningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu bila pegawai tidak menggunakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, maka tindaka disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa diambil terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya dibawah standar.
Tindakan disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), skorsing (suspension), penurunan pangkat (reduction in rank) dan pemecatan (firing). Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberentian sementara atau penurunan jjumlah tenaga kerja yang desebabkan oleh pengurangan anggaran atau kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini deebabkan oleh kedadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelangggarann aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 : 232).
Pelaksanaan disiplin berangkat dari asumsi bahwa sejumlah permasalahan lainnya sudah diatasi, seperti mengenai rancangan pekerjaan (job design), seleksi, orientasi, penilaian performa, pelihan, dan konpensasi.


2.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut Handoko (1998 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.    Disiplin Preventif
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secara sadar mentaati berbagai standard an aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat menumbuhkan “Self Dicipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin previntif dimana berbagai standar diketaui dan dipahami.
Untuk memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu kiranya standar itu sendiri bagi setiap pegawai, dengan demikian ddicegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggraran-pelanggaran atau penyimpagan dari standar  yang ditentukan.

2.    Disiplin Korektif
Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu betuk hukuman dan desebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action)

3.    Disiplin Progresif
Disiplin ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah membriakan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membanntu karyawan memperbaiki kesalahan.
            Disiplin dapat dibedakan berdasarkan tingkatnya yaitu (Prijodarminto, 1994 : 25) :
1.    Disiplin Pribadi
Disiplin pribadi sebagai perwujudan yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.
2.    Disiplin Kelompok
Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hokum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.
3.    Disiplin Nasional
Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan nilai yang belaku secara nasional.
Selanjutnya Moenir (2006:96) mengatakan bahwa “Disiplin kerja dapat dilihat dari dua yaitu :
1.    Disiplin Waktu adalah Jenis disiplin yang sangat mudah dilihat dan dikontrol baik oleh manajemen yang bersangkutan dengan masyarakat, contohnya melalui sistem daftar absensi atau sistem apel.pendisiplinan pegawai atau pekerja yang dapat ditempuh,misalnya mengadakan absensi 2-3 kali sehari, dan apel pagi dan apel waktu terkhir jam kerja atau lain-lain.
2.    Disiplin Kerja Isi pekerja pada dasarnya terdari dari metode pengerjaan,prosedur kerja, waktu dan junlah unit yang diterapkan dengan mutu yang telah dibakukan.

     
Dalam setiap organisasi atau perusahaan yang diinginkan adalah jenis disiplin preventif yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Aka tetapi dalam kenyataan selalu mengatakn bahwa disiplin itu lebuh banyak desebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak pegawai sudah menjadi alat pengenlan yang tepat kepada disiplin pegawai, karena hak-hak pegawai sering kali merupakan masalah dalam kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian juga dalam penelitian ini jenis-jenis displin kerja yang dikaji adalah disiplin preventif yang dilaksanakan untuk mendorong pegawai agar mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

2.3 Pendekatan Dalam Disiplin
            Sistem disiplin pegawai dapat dipadang suatu penerapan modifikasi perilaku untuk pegawai bermasalah atau pegawai yang tidak produktif. Disiplin yang terbaik adalah jelas displin diri, karena sebagain besar orang memahami apa yang diharapkan dari dirinya diperkerjaan dan biasanya karyawan diberi kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Adapun pendekatan-pendekatan dalam disiplin kerja karyawan (Mathis dkk, 2002 : 314) adalah :
1.    Pendekatan Disiplin Positif
Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan folosofi bahwa pelanggaran merupakan tidakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif tanpa prlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada penemuan fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan bukannya menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku ang tidak diharapkan.
Kekuatan pendekatan positif ini dalam desiplin adalah fokunya pada pemecahan masalah. Juga, karena karyawan merupakan partisipan aktiv sela proses tersebut, maka instansi yang menggunakan pendekatan ini cenderung memenangkan tuntutan hokum jika karyawan mengajukan tuntutan. Kesulitan utama dengan pendekatan positif terhadap disiplin adalah jumla waktu yang sangat lama untuk melatih para supervisor dan manajer yang diperlukan.
2.    Pedekatan Disilin Progresif
Disiplin progresif melambangkan sejumlah langkah dalam membentuk erilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian, disiplin progresif menekankan bahwa tindakan-tindakan dalam memodifikasi perilaku akan bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap menunjukkan perilaku yang tidak layak.

2.4 Indikator-indikator Kedisiplinan
Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya (Hasibuan, 2002 : 195) :
1.    Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapka secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2.    Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin.

3.    Balas Jasa
Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhdap pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka aka semakin baik pula.
4.    Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwudnya kedisiplinan karyawan karena ego dan sifaat manusia yang selalu merassa dirinya penting dan meminta diperlakukan sama dengan manusia lainya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap instansi supaya kedisiplinan pegawai baik pula.
5.    Waskat
Waskat ( pengawasan melekat) adalah tidakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai instansi. Waskat efektif dalam merangsang kedisiplina dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
6.    Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yag indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Ketegasan  pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisplinan yang baik pada instansi pemerintah yang ditempati.




7.    Sanksi
Sanksi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan, sikap, perilaku insipliner akan berkuarang.
            Sedangkan menurut Prijodarminto ( 1994 : 89 ) factor yang dapat mempengaruhi disiplin adalah sebagai berikut :
1.    Motivasi Kerja
Pentingnya kerja karena motivasi kerja adalah hal yang menyebakan menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
2.    Kepemimpinan
Kepemimpinan sangatlah berperan menentukan kedisiplinan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
3.    Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan untuk saling member keterangan dan ide secara timbale balik, yang diperlukan dalam setiap usaha kerjasama manusia untuk menapai tujuan tertentu.
4.    Lingkungan Kerja
Dengan lingkungan kerja yang baik dan aman maka dapat meningkatkan produktifitas kerja para pegawai.
            Berdasarkan dua pendapat diatas faktor-faktor yang paling berpengaruh  pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Makassar adalah kepemimpinan, motivasi kerja, komunikasi, lingkunga kerja, balas jasa dan sanksi.
1.    Kepemimpinan
Kepemimpinan sangt berpengaru pada tingkat kedisiplinan. Pemimpin harus bisa memberikan contoh sikap disiplin yang baik, sehingga para bawahannya pun bersikap demikian.

2.    Motivasi Kerja
Sikap mental manusia yan mendorong manusia untuk menapai suatu tujuan tertentu.
3.    Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan timbale balik antar manusia. Komunikasi antar awahan dengan piminan akan semakin baik apabila tindakan disiplin pegawai semakin ditingkatkan.
4.    Lingkungan Kerja
Disiplin kerja akan terwujud apabila keadaan lingkungan kerja yan memungkinkan. Lingkungan kerja yang baik akan menciptakan sikap disiplin yang baik pula dan produktivitas kerja pun akan tercapai.
5.    Balas jasa
Balas jasa ( gaji dan kesejahteraan) akan menjadikan ksecintaan karyawan terhadap pekerjaannya dan sikap disiplin tentu berjalan.
6.    Sanksi
Sanksi akan membuat para pegawai bersikap disiplin karena dengan adanya sanksi para pegawai akan merasa takut.

2.5 Pelaksanaan dan Penetapan Disiplin Kerja
Pembinaan meninjukkan adanya kemajuan, peningkatan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Menurut Sastrodiwiryo (2004;14) “Pembinaan adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif perusahaan, baik hari ini maupun hari esok”. Menurut Raharjo (2000:44), bahwa pembinaan disiplin kerja adalah upaya untuk menggali potensi dan kompotensi kualitas kerja
Kecenderungan manusia kearah tidak disiplin daripada kearah disiplin, untuk itulah agar  manusia ini menjadi disiplin yang harus diusahkan. Merancang karakter seseorang agar menjadi disiplin dapat dimulai sejak kecil, remaja dan dapat juga dilakukan pada orang dewasa, yaitu mereka yang bekerja di berbagai organisasi atau perusahaan.
Menurut Tohardi (2002:397) ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam metode pembinaan disiplin tersebut, diantara lain adalah :
1.    Funishment and Reward ialah Funishment (hukuman) dan Reward (Hadiah) dapat digunakan sebagai upaya penerapan disiplin seorang pekerja, pegawai maupun buruh organisasi dalam perusahaan.
2.    Adil dan tegas ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus Adil dan tegas ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus untuk semua orang yang ada di organisasi atau perusahaan.
3.    Motivasi ialah Pihak-pihak yang berkopotensi diorganisasi atau perusahaan harus memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh organisasi oleh karyawan yang bersangkutan apa yang akan diperoleh organisasi atau perusahaan bila seseorang disiplin dalam bekerja.
4.    Keteladanan ialah bimbingan-bembingan yang dapat memberikan keteladanan yang baik, akan menambah bahwa sehingga segala sikap dan perilaku pimpinan selalu menjadi rujukan atau panutan bawahan.
5.    Lingkungan yang kondusif  ialah lingkungan sosial yang tepat kerja yang kondusif, bila mengharapkan orang-orang yang bekerja di sana berdisiplin tinggi.
Untuk mengkondisikan pegawai instansi pemerintah agar bisa melaksanakan tindakan disiplin maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan (Heidjrachman, dkk, 1990 : 239 ) :


1.    Pendisiplinan dilakukan secara pribadi
Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan didepan orang banyak agar karyawan yang bersangkutan tidak meraa malu dan sakit hati. Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin memang benar bersalah)  sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.
2.    Pendisiplinan harus bersifat membangun
Dalam pendisiplinan ini selain menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan oleh karyawan haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemeahannya yang bersifat membangun sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan yang telah dilakukan dan dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
3.    Pendisiplinan dilakukan secara langsung dengan segera
Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah melakukan kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah sikapnya secepat mungkin.
4.    Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan
Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapa pun yag telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan disipli seara adil tanpa membeda-bedakan.
5.    Pemimpin hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen
Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan eara pribadi agar dia tahu telah melakukan kesalahan.
6.    Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali
Sikap wajar hendaknya dilakukan pemimpin terhadap karyawan yan telah melakukan kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjalan lancer kembali dan tidak kaku dalam bersikap.
            Salah satu syarat agar ditumbuhkan disiplin dalam lingkungan kerja adalah adanya pembagian pekerjaan yang tuntas sampai kepada pegawai atau pekerjaan yang paling bawah, sehingga setiap orang tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimualai dan kapan deselesaikan, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan dan kepada siapa ia mempertaggung jawabkan hasil pekerjaan itu.
            Disiplin harus dipelihara dalam lingkungan kerja. Sala satu bentuk pemeliharaan aturan adalah kedisiplinan dalam elaksanaan secara tertib dan konsisten. Melalui disipli yang tinggi pelaksanaan suatu aturan dapat mencapai maksud dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak, dengan ketentuan bahwa aturan itu dibuat setelah mempertimbangkan asas keadialan dan mamfaatnya bagi kepentingan umum.
            Disiplin kerja dalam pelaksanaannya harus senantiasa dipantau dan diawasi, disamping itu harusnya sudah menjadi perilaku yang baku bagi setiap pekrja dalam suatu organisasi.
Dalam pendisiplinan kerja ada bebrapa factor yang perlu diperhatikan :
a)    Pembagian tugas dan pekrjaan telah dibuat lengkap dan dapta diketahui dengan sadar oleh para pekerja.
b)    Adanya petunjuk kerja yang singkat, sederhana dan lengkap.
c)    Kesadaran setiap pekerja terhadap suatu tugas atau pekrjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
d)    Perlakuan adil terhadap setiap penyimpangan oleh manajer.
e)    Adanya keinsyafan para pekerja bahwaakibat dari kecerobohan atau kelalaian dapta merugikan organisasi dan dirinya serta ada kemungkinan membahayakan orang lain.
Penetapan tindakan disiplin dalam instasi sangatlah penting, karena sestem tindakan disiplin dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk proteksi terhadap hak-hak procedural dari pegawai. Tindakan disiplin adalah langkah terakhir dalam mengawasi pegawai karena tindakan disiplin itu menandakan adanaya kegagalan untuk saling menyesuaikan dengan kontrak (Gomes, 2000 : 233)
Banyak pegawai yang mungkin tidak melaksanakan aturan-aturan kepegawaian, karena para pegawai mungkin merasa bahwa mereka sedang tidak diperlakukan secara adil sesuai dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi, atau diperlakukan secara tidak adil atau tidak sama dengan pegawai-pegawai yang lain. Mereka bisa juga menggunakan sestem pengaduan yang ada untuk menggugat apa yang mereka anggap tidakan disiplin yang tidak adil yang dibuat oleh organisasi.
Menurut Gomes (2000 : 242 ) tujuan tindakan disiplin adalah untuk melinungi organisasi dari para pegawai yang tidak produktif. Prosedur-prosedur pengaduan disatu pihak deekembangkan untuk melindungi para pegawai terhadap alokasi yang tidak adil dari sanksi-sanksi dan imbalan-imbalan dari organisasi.
Banyak pegawai mungkin tidak melaksanakan aturan-aturan kepegawaian, karena para karyawan mungkin merasa bahwa mereka sedang tidak deperlakukan secara adil sesuai dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi, atau diperlukan secara tidak adil atau tidak sama dengan pegawai-pegawai yang lai. Mereka bisa juga menggunakan system pengaduan yang ada untuk menggugat apa yang mereka anggap tindakan disiplin yang tidak adil yang dibuat oleh organisasi.

2.6 Mamfaat Disiplin kerja
Rasa kepedulian pegawai yang tinggi sangat mempengaruhui pencapaian tujuan yang akan meningkatkan kemajuan kedisiplinan bagi pegawai, serta dengan semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan dapat membangkitkan gairah kerja yang tinggi dan untuk meningkatkan inisiatif dalam pencapaian tujuan.Manfaat penerapan disiplin kerja yang baik pada pegawai dalam upaya mencapai disiplin kerja dikemukakan oleh Tohardi (2002:395), sebagai berikut :
1.      Pegawai akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja diorganisasi atau perusahaan.
2.      Produktivitas organisasi akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan perencanaan.
3.      Dengan adanya disiplin yang baik seorang pegawai dapat menghindari dari kecelakaan ditempat dia bekerja.
4.      Sebagai panutan bagi pegawai yang bekerja.
5.      Tercapainya tujuan dalam organisasi atau perusahaan.
6.      Terpelihara citra bagi sebuah organisasi atau perusahaan.
Menurut Saydam (2006:54) “Manfaat dari penerapan disiplin kerja yang akan terlihat pada :
1.      Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
2.      Tingginya semangat dan gairah kerja para karyawan melakukan pekerjaanya.
3.      Berkembangnya rasa memliki dan kesetiakawanan yang tinggi di kalangan karyawan.
4.      Besarnya tanggung jawab para karyawan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.      Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para karyawan”.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa melemahnya disiplin kerja sangat mempengaruhui semangatan dan gairah kerja. Dengan demikian akan menurunkan kegiatan dalam setiap pekerjaan yang ditangani dan menurunnya tingkat produkvitas pula, maka dengan demikian harus dihindari melemahnya disiplin kerja pegawai dengan memberikan tugas dan pekerjaan yang tidak terlalu banyak serta memberikan bonus terhadap pegawai yang aktif dan rajin.